160 x 600 AD PLACEMENT
160 x 600 AD PLACEMENT

Cerita Relawan Pengambil Logistik di Bandara Rembele di “Cubit Sana Sini”.

TAKENGON, KABARGAYO | Satu pesawat Hercules berbadan besar mendarat dengan tenang menyentuh tanah Bandara Rembele dengan tenang. Baling-baling besarnya meniup rerumputan ilalang yang belum terpangkas rapi.

Berlahan mesin besarnya padam dalam seketika. Tampaknya mesin pesawat milik TNI Angkatan Udara ini berbeda dengan pesawat komersial lainya. Mungkin karena pesawat ini dirancang untuk kegiatan pengamanan.

Pintu dibagian belakang berlahan dibuka, seketika tampak bahan baku beras yang bertumpuk terkumpul dengan ukuran kecil dan sedang.

Bayu yang baru pertama menyaksikan dan melihat pesawat tadi sedikit tertegun dan sesekali menghela nafas. Seolah tak percaya dirinya berada diantara dua sayap pesawat yang terhenti seketika.

Bayu rupanya tengah menunggu bahan pokok makanan yang dikirimkan oleh koleganya dari Medan Sumatera Utara. Bayu yang tak biasa dengan situasi tadi masih berdiam diri. Namun dari belakang pundaknya ditepuk sahabat yang mengawalnya dibandara.

“Ayo bergerak, itu bahan pokok milik kita telah tiba,” ujar sahabatnya yang bergegas ke bawah punggung Hercules.

Sekelompok orang, tidak seperti Bayu. Ada yang bergegas ke arah mobil dan lalu memundurkan mobil hingga hampir mengenai bagian pesawat.

“Ayo cepat, cepat nanti terlambat,” ungkap salah seorang yang mengenakan pakaian berwarna hitam jaket bertepuk.

Bayu masih belum bergerak. Namun beberapa orang terus mengintai barang dan peralatan kiriman dari sudut dan sisi aman bandara.

Bayu yang belum paham situasi berlahan mempelajari dan sadar, begitu banyak mata memantau logistik masyarakat korban bencana.

Logistik milik Bayu berupa Beras, Minyak goreng serta sarden dan selimut. Akhirnya bisa selamat dari mata dan tangan-tangan panjang di Bandara Rembele.

Kisah ini bukan saja milik Bayu di Bandara Rembele. Namun kisah pilu lainya muncul dari salah satu perbankan.

Katakan saja Bank BCI yang membeli Bahan baku dari Medan, logistiknya raib diantara kaki-kaki dan tangan orang-orang yang tak merasakan penderitaan korban bencana alam Gayo.

Kejadian lainya logistik milik pemerintah Kabupaten Aceh Tengah, kabarnya “hilang” dalam dua kali pengiriman melalui bandara Rembele di Bener Meriah.

“Ya bang dua kali bantuan dari pusat, tak nampak lagi wujudnya setelah mendarat di Rembele. Memang waktu itu dua kali pengawalan datang terlambat mengambil barang,” ungkap salah seorang pekerja paket di rembele, 5 Desember 2025.

Rembele lokasi yang “payah” bagi pengambil bagasi pesawat. Bandara Rembele lokasi yang tidak terkontrol saat Logistik mendarat.

Banyak harapan dari para “penguna” rembele agar tangan-tangan sunyi dirembele segera ditertibkan petugas bandara itu sendiri. Bandara Rembele milik bersama, bantuan masuk milik masyarakat korban bencana.

Hari kesembilan suasana mulai tertib. Satu abang-abang berpakaian dinas berteriak menertibkan massa dibelakang pesawat. “Keluar, keluar, keluar semua,” kata abang berpakaian lengkap.

Sontak massa yang berkumpul sekejap bubar dan melepas karung beras dari tangan. Bandara rembele semoga menjadi aman tertib kedepan.

Bandara Rembele, lain lagi kasus pendaratan pesawat komersial yang diduga ditarif dilahan parkir.

Penulis, JURNALISA

 

KABARGAYO.CO.ID ~ KRITIS, INDEPENDEN & TERPERCAYA

You might also like